Bocah Tua Nakal(Membangkitkan Kesadaran bagi Para Guru

Berita

Bocah Tua Nakal
(Membangkitkan Kesadaran bagi Para Guru)

Oleh Pujiono
Kepala SD Muh PK Banyudono

Dari judul pasti Ingat Film Sun go kong ( kera sakti) , Tapi Kali Ini Tidak …namun akan kami Kaitkan dengan Ruhul Guru.

Tidak semua orang / Guru yang berusia tua itu otomatis dewasa. Banyak yang tubuhnya sudah besar, rambutnya beruban, tetapi pola pikirnya masih saja seperti anak kecil. Inilah yang sering disebut bocah tua nakal—usia bertambah, namun kedewasaan tidak ikut berkembang.

Ada yang rewel, ingin selalu dilayani, mudah tersinggung, dan marah jika tidak dipenuhi keinginannya. Ada pula yang ingin tampil di depan, ingin dianggap paling hebat, padahal maaf, kapasitasnya terbatas. Ketika diberi amanah, bukan dijalankan dengan tanggung jawab, malah dilempar ke temannya. Bukannya menjadi teladan, justru menambah masalah.

Sikap seperti ini bukan hanya memalukan, tetapi juga merusak lingkungan kerja—terlebih di dunia pendidikan.

Wahai para guru, ingatlah…
Kita adalah panutan. Setiap gerak-gerik, tutur kata, dan sikap kita ditiru oleh murid-murid. Jika kita bersikap kekanak-kanakan, bagaimana murid akan belajar kedewasaan? Jika kita menolak amanah, bagaimana murid akan belajar tanggung jawab? Jika kita ingin dihormati tanpa memberi keteladanan, bagaimana murid akan belajar akhlak?

Mengajar bukan hanya soal menyampaikan pelajaran, tetapi menanamkan karakter. Dan karakter itu lahir dari teladan—teladan yang hidup, teladan yang konsisten, teladan yang dicontoh sebelum diucapkan.

Karena itu, wahai guru muda maupun senior, marilah kita bercermin. Jangan sampai usia kita tua, tetapi sikap kita seperti bocah yang rewel, mudah tersinggung, dan ingin selalu diperhatikan. Jangan sampai ego kita lebih besar daripada amanah kita.

Yang muda harus selektif, jangan asal mengikuti hanya karena seseorang lebih tua. Lihat sikapnya, tanggung jawabnya, akhlaknya. Hormati yang pantas dihormati, tiru yang layak ditiru, dan jauhi sikap bocah tua nakal yang hanya menurunkan wibawa profesi pendidik.

Mari kita perbaiki diri. Mari tumbuhkan kedewasaan.
Agar ketika kita berdiri di depan kelas, anak-anak melihat guru yang layak dijadikan teladan—bukan sekadar orang dewasa berumur, tetapi pribadi yang dewasa pikirannya.

Dengan begitu, martabat guru akan terangkat, dan pendidikan menjadi lebih bermakna.

Masjid Kampus
Raden Mas Said Kartasura, 10 Desember 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *